Bekasi—GeRal: Sepeninggal sang istri yang amat dicintainya, Letjen TNI (Purn) Agus Sutomo semakin menyadari dan meyakini bahwa segala yang dimiliki dan dicintai di dunia ini tidak akan dibawa mati.

Sang istri pergi meninggalkan orang-orang yang dicintainya. Meninggalkan semua yang dimiliki, benda bergerak maupun tak bergerak. Harta dan kekayaannya tidak dibawa pergi.

Di situlah Agus Sutomo semakin yakin, bahwa yang mengikuti orang yang wafat hanyalah tiga perkara: amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, serta anak saleh dan salihah yang senantiasa mendoakannya.

Didasari keyakinan itu, ia dan kedua anaknya bersepakat mempergunakan rezeki peninggalan sang istri untuk beramal jariyah, bersedekah, membangun tempat ibadah, membantu orang lain dan lain sebagainya.

Sebagai prajurit TNI, Agus Sutomo sebelumnya memang telah terbiasa melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat pengabdian. Membantu masyarakat seperti membangun tempat ibadah di daerah di mana ia ditugaskan.

“Sebagai seorang yang pernah diberikan kesempatan dan amanah menjadi pemimpin atau komandan, tentu di beberapa tempat saya bertugas berkesempatan membangun tempat ibadah,” kisah Agus Sutomo.

Hal itu menurutnya, merupakan bagian dari pengabdian dan ibadah agar terhindar dari hal-hal negatif. Tidak ada interes pribadi, mereka rela berkorban. Semua itu untuk kepentingan institusi, organisasi, hingga agama, semua yang dilakukan lillahi ta’ala. Semata-mata karena Allah ta’ala.

Setelah pensiun, terlebih di masa pandemi Covid-19 Agus Sutomo lebih banyak berdiam di rumahnya sehingga lebih banyak waktu untuk keluarga.

Saat itulah, ia banyak berpikir serta merenung bahwa hidup ini harus seimbang, antara berjuang untuk dunia dan mempersiapkan bekal di akhirat harus dilakukan bersama-sama.

Puncak perenungan itu semakin menemukan momentum ketika pada tanggal 27 Agustus 2020 sang istri tercinta wafat mendahuluinya. Dan, Agus Sutomo pun melihat istrinya pergi tanpa membawa apa pun selain amal saleh yang pernah dilakukannya waktu di dunia.

“Setelah peristiwa itu, saya beserta dua anak-anak saya, bersepakat terus meningkatkan keimanan kepada Allah Swt,” ujar Agus.

Ia semakin meyakini prinsip bahwa hidup harus seimbang antara dunia dan akhirat, karena pada saatnya nanti Allah akan memanggil kita semua. Tidak ada bekal yang dibawa, kecuali tiga perkara tadi.

“Jadi, wafatnya almarhumah istri saya telah memberi contoh dan inspirasi kepada saya dan anak-anak saya,” kata dia.

“Kami semakin yakin Allah Mahaadil dan Mahakuasa. Kita ini tinggal menunggu kapan dipanggil Yang Kuasa,” lanjutnya.

Sebab itu, ia dan anak-anaknya menyiapkan diri agar di sisa hidup mereka nanti penuh dengan keberkahan dan hidayah dari Allah. Mereka senantiasa berusaha membangun hubungan baik dengan sesama manusia (hablumminannas) dan hubungan dengan Allah taala (hablumminallah).

Di tengah keyakinan yang besar itu, kebetulan seorang sahabat Agus Sutomo, Haji Reynaldi, memberikan informasi soal Sekolah Alam Tunas Mulia yang terletak di kawasan Tempat Pembuangan Akhir Sampah Bantargebang Bekasi Jawa Barat.

Reynaldi mengabarkan, yayasan tersebut tengah membutuhkan bantuan sarana ibadah dan tempat tinggal yang layak untuk para santri penghafal Alquran.

Akhirnya, pada bulan Januari 2021 Agus Sutomo pun mengunjungi lokasi tersebut. Ia melihat memang mereka betul-betul sangat membutuhkan sarana dan prasarana untuk beribadah dan belajar, khususnya bagi para penghafal Alquran.

Setelah kunjungan pertama, Agus Sutomo berembuk dengan anak-anaknya. Lalu diputuskan untuk membangun sebuah sarana ibadah dan sekaligus tempat tinggal para santri di yayasan tersebut. Maka dibangunlah sebuah musala bernama An-Nurlin, yang diambil dari nama sang istri, almarhumah Minurlin Agus Sutomo.

“Sedekah jariyah ini saya peruntukkan khususnya bagi almarhumah istri saya, ibu dan bapak saya, serta bapak mertua saya,” kata Agus Sutomo.

Pada tanggal 20 April 2021 dilakukanlah peletakkan batu pertama yang dilakukan sendiri oleh Agus Sutomo.

Setelah pembangunan usai dan diresmikan pada 27 Agustus 2021 lalu, ia berharap agar para santri penghafal Alquran itu bisa memanfaatkan fasilitas tersebut sebaik-baiknya.

“Saya ingin mereka belajar lebih nyaman dan menjadi lebih rajin sehingga mereka mempunyai masa depan yang lebih baik,” ujarnya.

Selain itu, Agus Sutomo juga berharap agar pandangan orang atau imej tentang lokasi yang tak jauh dari gunungan sampah Bantargebang itu, yang identik dengan sesuatu yang kotor bisa dihilangkan.

“Saya ingin menghilangkan imej bahwa lingkungan di sini kotor. Saya ingin di sini bersih” tegasnya.

Letjen TNI (Purn) Agus Sutomo lahir di Klaten Jawa Tengah 14 April 1960. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Irjen Kemhan RI.

Ia juga pernah menjabat Komandan Sesko TNI, Komandan Kodiklat TNI AD, Komandan Paspampres, Danjen Kopassus, hingga Pangdam Jaya. (tam)

Avatar

By tam

Tinggalkan Balasan